Sabtu, 11 Desember 2010

Akulturasi budaya dan tradisi Hindu-Buddha dan local di Indonesia

5. Seni Sastra
Bentuk seni sastra Indonesia bermacam-macam, tetapi secara garis besar terbagi atas
dua hal yaitu, prosa dan puisi atau tembang (lagu).
tembang jawa kuno disebut kakawin, sedangkan yang lebih baru disebut kidung. Irama
lantunan kakawin masih dipengaruhi irama India. Untuk Kidung sudah mulai perbedaan
dan terus berkembang menjadi macapat yang lebih dipengaruhi oleh Islam.
Ditinjau dari isinya, seni sastra Jawa Kuno terdiri atas beberapa jenis, yaitu ;
a. Tutur, yaitu kitab keagamaan, seperti sang hyang kamahayanikan
b. Sastra, yaitu kitab hukum seperti silpasastra
c. wiracarita, yaitu cerita kepahlawanan, misalnya Mahabharata
d. Sejarah, kisah sejarah raja-raja seperti negarakertagama dan pararaton

6. sistem pemerintahan
Sebelumnya, masyarakat Indonesia hanya terdiri atas kelompok-kelompok kecil ber-
dasarkan suku dan setiap kelompok dipimpin oleh kepala suku yang dipilih dengan
berdasarkan kemampuan bukan keturunan (Primus enterphares). Masuknya Hindu-Buddha
mempengaruhi sistem pemerintahan tersebut, dimana kepala suku digantikan dengan
sebutan Raja dan pemilihan pemimpinnya berdasarkan keturunan. Selain itu dalam
konsep pemerintahannya dikenal konsep Pendeta Ratu (raja merupakan titisan atau
reinkarnasi Dewa). Raja dipercaya mempunyai kesaktian dan berbeda dengan rakyat
biasa.

7. Seni Ukir dan Pahat
seni pahat berkembang pda bangunan candi berupa pahatan relief candi atau dalam
bentuk pahatan patung di candi. tema-tema seni pahat yang dihasilkan pada masa
Hindu-Buddha sesuai dengan agama yang berkembang pada masa itu. Walaupun demikian
dalam seni ukir pada candi disisipi ukiran-ukiran asli Indonesia, seperti rumah
panggung, perahu bercadik dan hewan-hewan asli indonesia. Motif ukiran yang
sering digunakan adalah sulur-suluran, daun-daunan, medalion, dan bunga teratai.

Akulturasi budaya dan tradisi Hindu-Buddha dan local di Indonesia

1.Arsitektur Bangunan
Bentuk akulturasi yang sangat mencolok dapat kita amati dari adanya bangunan Candi baik candi yang bercorak Hindu maupun Buddha. Terdapat beberapa akulturasi antara tradisi local dengan Hindu-Buddha baik dari segi konsep pembangunan hingga bentuk bangunan dan fungsinya
a.Konsep pembangunan
Baik candi Hindu maupun Buddha ataupun bangunan-bangunan suci zaman megalithikum
selalu didirikan ditempat yang tinggi, baik didataran tinggi maupun di lereng-le-
reng gunung dengan anggapan semakin tinggi letak tempat suci tersebut maka semakin
mendekati tempat para dewa dewi ataupun roh leluhur berada.
dalam pembangunannya pun tidak sembarangan, harus memikirkan keseimbangan antara
manusia dan alam dan harus mendekati sumber kehidupan yaitu Air, maka tidaklah
heran jika candi-candi selalu dekat dengan sungai ataupun sumber air.

b.Fungsi candi
Fungsi Candi antara Candi HIndu dengan Candi Buddha sangat berbeda, begitupula
fungsi candi di Indonesia dengan di India. Di India, Candi adalah Kuil dan hanya
berfungsi sebagai tempat suci untuk beribadah. Di Indonesia fungsi candi berubah
menjadi 3 fungsi, yaitu sebagai tempat suci beribadah, tempat menyimpan pripih, dan tempat untuk menguburkan abu jenazah
raja. Untuk candi bercorak Buddha di Indonesia hanya berfungsi sebagai tempat
beribadah, contohnya candi atau stupa borobudur.

c.Bentuk Candi
Candi Hindu maupun Candi Buddha mempunyai ciri khas tertentu, tetapi untuk dasar
arsitekturnya mengambil bentuk punden berundak zaman megalithikum, begitupula untuk
peletakan candi Utama selalu berada ditengah maupun dibelakang dan diapit oleh
candi-candi perwara.
Adapun perbedaan candi Hindu dan candi/stupa Buddha
Hindu
1. memiliki 3 fungsi yaitu tempat pemujaan/beribadah, menguburkan abu jenazah dan
penyimpanan pripih.
2. dalam candi sering dijumpai lingga (perwujudan siwa) dan Yoni. (Lingga Yoni ada
lah lambang kesuburan dan kehidupan)
3. Patung-patung dewa dewi serta relief candi selalu dibuat dengan banyak hiasan
pakaian dan senjata-senjata kedewaannya agar tampak indah dan megah
4. Relief candi sering bercerita tentang cerita-cerita keagaamaan atau kepahlawanan
contoh : cerita Ramayana di candi Prambanan
5. Puncak candi seperti gelungan rambut siwa dengan relief-relief lotus
Buddha
1. Stupa atau candi hanya berfungsi sebagai tempat upacara keagamaan
2. Arsitektur khasnya adalah stupa yang biasanya berisi patung-patung Buddha.
stupa adalah lambang suci agama Buddha dan tanda penghormatan sang Buddha
3. patung dan relief dalam candi Buddha dibuat lebih sederhana tanpa atribut
pakaian lengkap, cukup dengan jubah saja.
4. Patung Buddha selalu digambarkan sebagai manusia biasa hanya saja ditambah
dengan sifat-sifat spiritualitas, contoh tanda ura di kening dan sikap tangan (mudra)
5. Relief bangunan biasanya bercerita tentang perjalanan hidup Buddha atau orang-
orang suci atau cerita binatang yang berkaitan dengan ajaran, filsafat dan etika
agama Buddha.
Dalam Candi Hindu di Indonesia pun terbagi dalam 2 corak yang berbeda yaitu
langgam Jawa Tengah dan Langgam Jawa Timur. Adapaun perbedaannya
Langgam Jawa Tengah
1. Bentuk bangunannya tambun atau gendut pada bagian badan candi
2. atapnya berundak-undak
3. puncaknya berbentuk ratna atau stupa
4. pada pintu, bagian atas pintu (gawang pintu) dan relung berhiaskan kala makara
(Kepala kala atau raksasa yang lengkap rahang bawahnya)
5. Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalistis
6. letak candi ditengah halaman
7. kebanyakan menghadap ke timur
8. kebanyakan terbuat dari batu andesit
Langgam Jawa Timur
1. bentuk bangunannya ramping
2. atapnya merupakan perpaduan tingktan
3. puncaknya berbentuk kubus
4. makara tidak ada, dan pintu serta relung hanya ambang atasnya saja yang diberi
kelapa kala
5. reliefnya timbul sedikit saja dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit
6. letak candi di bagian belakang halaman
7. kebanyakan menghadap ke barat
8. kebanyakan terbuat dari batu bata

2.Bahasa dan Tulisan
Bahasa dan tulisan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh bahasa sanskerta dan huruf
palawa dari India Selatan dan Srilanka. Dalam Yupa di kutai nampak sekali dominasi
pengaruh bahasa dan huruf palawa dalam penulisan prasasti mereka, namun lambat laun
baik bahasa maupun huruf palawa tersebut berakulturasi dan dikembangkan lebih jauh
lagi menjadi aksara jawa yaitu jawa kawi, yang banyak digunakan pada kerajaan Hindu
Buddha di Jawa Timur dan Bali.
Aksara Jawa serta aksara dewanagari (dikembangkan masyarakat Bali), merupakan
pengembangan aksara jawi yang banyak dipengaruhi bahasa sanskerta dan huruf palawa.

3.Sistem pengetahuan dan Kalender
pengetahuan yang berkembang nampak pada sistem pelabuhan serta teknologi kapal
jika pada masa sebelumnya perahu atau kapal dibuat dalam ukuran kecil dan sangat
sederhana, maka dengan melihat kapal para pedagang asing yang datang, sedikit
banyak membawa pengetahuan baru tentang teknologi kapal tersebut, contohnya
dengan menggunakan layar-layar pada kapal serta ukuran kapal diperbesar.
selain itu juga pengetahuan tentang sistem irigrasi sederhana yang lebih baik
untuk lahan pertanian.
Untuk kalender, nenek moyang kita sudah mengenal sistem penanggalan dengan tanda-
tanda alam sebagai patokan waktu, contohnya musim tanam dan panen disamakan dengan
musim penghujan. Masa Hindu Buddha dikenal sistem penanggalan yg disebut tahun
saka yang berasal dari India. Perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah
78 tahun. Selain itu juga ada kronogram yang disebut Candra Sengkala. Candra
sengkala adalah angka huruf berupa susunan kata yang apabila dibaca dari belakang
akan tergambar angka tahun saka.

4. Sistem Kepercayaan dan filsafat
Hindu dan Buddha membawa suatu konsep baru bagi masyarakat Indonesia tetapi esensi
didalam konsep yang dikenalkan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kepercayaan
leluhur yaitu animisme dan dinamisme.
Hindu mengenalkan konsep adanya kekuatan dewa-dewi yang mengatur alam serta Buddha
yang mengenalkan ajaran tentang samsara dan Moksa. Konsep-konsep tersebut akhirnya
berakulturasi menjadi satu, masyarakat Indonesia percaya bahwa adanya dewa dewi
serta roh-roh leluhur yang mempunyai kekuatan dalam mengatur alam dan hidup manusia
serta menentukan garis hidup manusia, dan konsep-konsep itu dilaksanakan berdam-
pingan dengan ritual-ritual kepercayaan yang sudah digunakan dan dikembangkan
dalam konsep animisme dan dinamisme. Contohnya, ziarah kubur, penentuan hari baik,
larung sesaji, sampai dengan percaya pada batu atau pohon besar dan memohon kekua-
tan atau apapun didepan pohon atau batu tersebut.